Saat kukunjungi sebuah keluarga yang sedang berduka, kulihat pemadangan yang mengharukan (menyedihkan, tepatnya). Seorang yang telah terbaring kaku, di samping ada anak muda, sepertinya anaknya, yang sedang membacakan Al-Quran. Yang nampak adalah anak muda itu sedang membaca Al-Quran sambil memegang HP-nya. dan kulihat sebuah ear phone dipasang di kedua telinganya. Saat kutelisik bacaannya, nampaknya anak muda itu mengikuti bacaan yang ia dengar dari HP-nya.
Sedih, memang. Walaupun semoga ini hanya prasangkaku. Nampaknya anak muda itu belum bisa membaca Al-Quran dengan tartil (lancar).
Anganku pun melayang membayangkan jika aku menjadi orang yang sedang terbujur kaku itu. Anak-anakku tidak bisa membaca Al-Quran, tidak bisa mengirimiku doa terbaiknya untukku.Sebuah kesedihan yang tiada tara. Sebuah penyesalan tiada banding.
Ayah Bunda, yuk, kita didik anak-anak kita mencintai Allah swt, mencintai Al-Quran dan mencintai sunah Rasulullah saw. Pengajaran kita pada anak-anak kita adalah investasi terbaik kita, investasi dunia akherat.
Semoga saat kita terbaring kaku dalam sempit dan gelapnya kubur, anak-anak kita mengirimi doa terbaiknya sehingga terang benderang dan melebarlah kuburan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar