Kamis, 26 Februari 2015

Konsep Al-Quran tentang Kehamilan ... Tadabbur Al-Quran (2)

Konsep Al-Quran tentang Kehamilan yang Diharapkan

Ini adalah kisah yang menceritakan Keluarga Imran, istri Imran dalam Surat Ali Imran ayat 35-37. 

Ayat 35 menceritakan kehamilan istri Imran, dimana kehamilan tersebut diharapkan oleh keluarga Imran. Dalam hal ini, istri Imran sedang hamil, namun Imran sendiri sudah meninggal. Istri Imran memberikan kata-kata yang baik, berupa doa. Oleh karenanya, seorang istri yang sedang hamil, seharusnya selalu mengatakan yang baik-baik, terutama doa. Mengapa? Karena perkataan sang ibu akan bisa didengar jabang bayi, karena bayi yang masih dalam kandungan sudah bisa mendengar. Jangan memberdengarkan musik, ibu bukan konsep Al-Quran. Perdengarkan tilawah sang Ayah dan sang Ibu, perdengarkan doa-doa sang Ayah dan Ibu. Keadaan psikis yang dialami ibu sangat mempengaruhi kondisi bayi, jadi ibu seharusnya selalu dalam keadaan bahagia.
Ayat 36 bercerita tentang kondisi bahwa sebenarnya istri Imran mengharapkan bayi laki-laki yang akan menjadi penerus bapaknya sebagai penjaga rumah ibadah dan ahli ibadah. Namun ternyata yang lahir adalah seorang perempuan. Pengharapan terhadap kelahiran bayi apakah laki-laki dan perempuan adalah takdir Allah, Allah yang menentukan. Seorang ibu harus memiliki tawakkal dalam hal ini. Inilah yang terbaik yang dianugerahi Allah. Setelah proses kelahiran, yang terbaik yang dilakukan adalah DOA. Mendoakan anak agar terlindungan dari syetan dan godaannya, dan juga mendoakan anak keturunannya. DOa memintaperlindungan dari syetan adalah doa untuk kelahiran bayi, 
Doa Kelahiran Anak


Ayat 37 menceirtakan tentang penerimaan doa, dan memilihkan guru/pendamping/pengajar yang shaleh untuk anak. Ini adalah tugas orangtua, memilih guru yang shalih. Jangan salah memilih guru 

Konsep Al-Quran tentang Kehamilan ... Tadabbur Al-Quran (1)

DalamAl-Quran terdapat dua konsep tentang kehamilan. Pertama kehamilan yang tidak dikehendaki dan kedua kehamilan yang dikehendaki. Tulisan ini sedikit membahas tentang kehamilan yang tidak dikehendaki. Mari kita tadabburi Al-Quran Surat Maryam ayat 16-26.

Ayat 16 tentang Allah memberikan perintah kepada Nabi Muhammad untuk menceritakan kisah Maryam, wanita suci nan mulia, putra seorang ulama yang shaleh, Imran.
Ayat 17 tentang Allah mengutus Malaikat Jibril yang berada pada bentuk manusia kepada Maryam 
Ayat 18 tentang Maryam berlindung kepada Allah saat kedatangan Jibril
Ayat 19 Jibril memberitahu Maryam akan diberikannya seorang anak dalam rahim Maryam
Ayat 20 Maryam bertanya dengan nada keheranan, bagaimana akan hamil sedang maryam belum mempunyai suami dan bukan pezina
Ayat 21 bercerita tentang Allah adalah Tuhan yang memiliki kekuasaan

Ayat 22 adalah menggambarkan perasaan dan keadaan Maryam yang menanggung beban hamil padahal orang-orang sekitar mengetahui kesalihan Maryam dan keluarganya. Maka Maryam pergi menghindari tetangganya.
Ayat 23 menceritakan keadaan saat menjelang kelahiran, sakit fisik dan sakit psikis yang dirasakan Maryam. Sehingga Maryam berkata alangkah baiknya aku mati sebelum ini ... 
Ini adalah keadaan jiwa yang sedang stress memikirkan kehamilan yang tidak dikehendaki. Keadaan ini sebenarnya membahayakan sang janin, karena bisa menyebabkan perkembangan anak kurang sempurna. Dan juga perkataan tidak baik akan didengar sang calon bayi, ini sebenarnya juga tidak boleh dilakukan seorang ibu yang sedang hamil.

Ayat 24 Allah mengutus Jibril untuk memberikan nasehat penguat jiwa, "Jangan kamu bersedih" Penting sekali kita memberikan kalimat ini kepada seseorang yang sedang sedih, galau. Kalimat ini akan memberikan kekuatan untuk menenangkan diri dan jiwanya. Namun perkataan ini tidak cukup,  ia harus dibarengi dengan aksi, "Sesungguhnya Tuhanmu menjadikan anak sungai di bawahmu" ... inilah aksi untuk lebih menentramkan hati, jiwa Maryam. Apa hubungan wanita hamil yang sedang akan melahirkan dengan sungai? Adakah karena sungai yang berisi air sebagai dasar kehidupan, adakah ada suara ketenangan dalam suara air yang gemericik?


Ayat 25 Memberi gambaran sebuah ikhtiar. Bisa dibayangkan, sedang menahan sakit yang sakitnya adalah sakit sangat, Allah memberi perintah untuk menggoyangkan pohon kurma. Dan pohon kurma adalah pohon kokoh lebih kokoh daripada pohon kelapa. Mengapa? Allah memberikan perintah untuk berikhtiar, ikhtiar saja, ALlah yang akan memberikan buahnya ... 


Apa hubungan wanita hamil dan makan kurma muda? Insya ALlah ada hikmahnya salah satunya saat makan kurma, ibu yang akan melahirkan menjadi lebih mudah, tidak akan kepayahan ... buktikan konsep ini wahai ibu ...

Selasa, 24 Februari 2015

Dalla ... Cara Syetan Membujuk Manusia (Tadabbur Al-Quran)


Allah swt memberitahukan dalam ayat-Nya di Surat Al-A'raaf bahwa DALLA adalah cara membujuk syetan. Dan ini adalah strategi yang digunakan syetan dalam membujuk Adam dan Hawa serta seluruh umat manusia.
Apa makna 'DALLA'?
Dalla digunakan saat kita menarik timba (ember), sedangkan Dallu dalam bahasa Arab adalah timba, sedangkan  Addla maksudnya menjatuhkan timba dan menariknya kembali. Tapi DALLA adalah menurunkan timba dengan sangat pelan tanpa menimbulkan suara keras. Seperti berburu dengan cara primitif, memberikan umpan dengan pelan-pelan ke sebuah lubang, dimana tali itu diikatkan sebuah umpan. Saat hewan datang, tali itu ditarik pelan-pelan, sehingga hewan itu mengikutinya dan mendekati kita. Inilah yang disebut DALLA

Syetan dalam membujuk Adam dan Hawa tidak langsung menawarkan memakan buah, tapi dengan cara pelan dan halus. Dan umpannya adalah kekekalan, hidup abadi di surga.

Subhanallah ... Allah memberitahukan kepada kita cara syetan menggoda manusia untuk disesatkan dari jalan Allah

Yuk ... Kita Membayangkan Siksa Neraka Paling Ringan (nafha)


Sahabatku, jika engkau mengatakan, "ah ga apa-apa lah kita melakukan dosa sebenar, nanti masuk nerakanya juga sebentar ..." Maka yuk ... kita membayangkan siksa neraka paling ringan ...

Neraka adalah api, api yang panasnya tak terkira, bayangkan setitik api neraka bisa menghancurkan bumi .... Seperti api-api di dunia ini, biasanya sekitar api ada hawa (lafha). Membayangkan hawa  panas api neraka juga sudah mengerikan, dan ini adalah Nafha ... Nafha adalah hembusan sejuk dari api neraka,ini bukan apinya dan bukan hawanya tapi hembusan sejuk dari neraka .... bayangkan inilah perkataan orang yang sudah merasakan hembusan sejuk hawa neraka ... "46. Dan sesungguhnya, jika mereka ditimpa sedikit saja dari azab Tuhan-mu, pastilah mereka berkata: "Aduhai, celakalah kami, bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri."

Sahabat ... jangan meremehkan dosa, jangan meremehkan neraka ... Semoga kita, keluarga kita diselamatkan Allah dari siksa api neraka ... Aamiin

Senin, 23 Februari 2015

Hubungan Ilmu dan Adab ... Konsep Islam yang mulai kembali asing

Bismillahirrahmanirrahim


لاَ يَنْبُلُ الرَّجُلُ بِنَوْعٍ مِنْ الْعِلْمِ مَا لَمْ يُزَيِّنْ عَمَلَهُ بِالأَدَبِ
Seseorang itu tidak akan mencapai kemuliaan dengan salah satu macam ilmu selama dia tidak menghiasi amalnya dengan adab (Imam 'Abdullah bin al-Mubarak).[1]


تَعَلَّمِ اْلأَدَبَ قَبْلَ أَنْ تَتَعَلَّمَ الْعِلْمَ
Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu. (Imam Malik bin Anas).[2]


كُلُّ مُتَأَدِّبٍ مِنْ غَيْرِهِ مَتَى لَمْ يُدِمْ عَلَيْهِ اْلأَدَبَ اِخْتَلَّ مَا يَسْتَفِيْدُ مِنْهُ وَرَجَعَ إِلَى طَبْعِهِ
Setiap orang yang belajar dari orang lain, selama dia tidak memelihara adab dalam dirinya, maka segala yang telah ia dapatkan dari (guru)nya itu akan berhamburan dan ia akan kembali kepada tabiatnya yang semula. (Imam Abul Hasan al-Mawardi).[3]


مَا أُوْوِيَ شَيْءٌ إِلَى شَيْءٍ أَزْيَنُ مِنْ حِلْمٍ إِلَى عِلْمٍ
Tidak ada sesuatu pun menjadi lebih indah ketika digabungkan kepada lainnya relain sikap santun ketika digabungkan kepada ilmu. (‘Atha bin Yasar).[4]


مَا أَحْسَنَ اْلإِسْلاَمُ وَيُزَيّؐنُهُ اْلإِيْمَانُ وَمَا أَحْسَنَ اْلإِيْمَانُ وَيُزَيِّنُهُ التَّقْوَى وَمَا أَحْسَنَ التَّقْوَى وَيُزَيِّنُهَا الْعِلْمُ وَمَا أَحْسَنَ الْعِلْمُ وَيُزَيِّنُهُ الْحِلْمُ وَمَا أَحْسَنَ الْحِلْمُ وَيُزَيِّنُهُ الرِّفْقُ
Betapa indahnya Islam yang dihiasi oleh iman; betapa indahnya iman yang dihiasi oleh taqwa; betapa indahnya taqwa yang dihiasi oleh ilmu; betapa indahnya ilmu yang dihiasi oleh kesantunan; dan betapa indahnya kesantunan yang dihiasi oleh kelemahlembutan. (Raja’ bin Haywah).[5]


حُسْنُ اْلأَدَبِ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ وَسِتْرٌ لِلْجَاهِلِ
Adab yang baik adalah perhiasan bagi orang ‘alim dan penutup (aib) bagi orang jahil. (al-Harits bin Asad al-Muhasibiy).[6]


لاَ شَرَفَ مَعَ سُوْءِ أَدَبٍ
Tidak ada kemuliaan yang disertai dengan adab yang buruk. (Imam ‘Ali bin Abi Thalib).[7]


تَكَلَّمَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَدْهَمَ إِلَى رَجُلٍ يُكَلِّمُ رَجُلاً ، فَغَضِبَ حَتَّى تَكَلَّمَ بِكَلاَمٍ قَبِيحٍ ، قَالَ : فَقَالَ لَهُ : يَا هَذَا اتَّقِ اللهَ، وَعَلَيْكَ بِالصَّمْتِ وَالْحِلْمِ وَالْكَظْمِ ، قَالَ : فَأَمْسَكَ ثُمَّ قَالَ لَهُ : بَلَغَنِي أَنَّ الأَحْنَفَ بْنَ قَيْسٍ ، قَالَ : كُنَّا نَخْتَلِفُ إِلَى قَيْسِ بْنِ عَاصِمٍ نَتَعَلَّمُ الْحِلْمَ ، كَمَا نَخْتَلِفُ إِلَى الْعُلَمَاءِ نَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ ، قَالَ : فَقَالَ لَهُ : لاَ أَعُودُ
Ibrahim bin Adham berbicara (untuk menasihati) seseorang yang (sebelumnya) berbicara kepada orang lain, lalu dia marah sampai-sampai melontarkan kata-kata yang buruk. Ibrahim berkata kepadanya, “Wahai Tuan, bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya Anda diam, bersikap santun, dan menahan amarah.” Beliau diam sejenak, kemudian berkata lagi kepadanya, “Telah sampai kabar kepadaku, bahwa al-Ahnaf bin Qays berkata: ‘Dulu kami biasa bolak-balik mendatangi Qays bin ‘Ashim untuk mempelajari kesantunan, sebagaimana kami biasa bolak-balik mendatangi para ulama’ untuk mempelajari ilmu.” Maka, orang itu berkata kepada beliau, “Saya tidak akan mengulanginya lagi.”[8]


أَنَّ رَجُلاً كَتَبَ إِلَى أَخٍ لَهُ : اعْلَمْ أَنَّ الْحِلْمَ لِبَاسُ الْعِلْمِ فَلاَ تُعَرَّيَنَّ مِنْهُ
Seseorang menulis surat kepada saudaranya, (isinya): “Ketahuilah, bahwa kesantunan adalah pakaian ilmu, maka jangan sampai kautelanjangi dia darinya.”[9]




[1] Al-Adab asy-Syar’iyah, IV/264. Kata-kata dari Ibnul Mubarak.
[2] Hilyatul Auliya’, VI/330, biografi Malik bin Anas; dan Ghara’ibu Malik bin Anas, no. 46; merupakan nasihat beliau kepada salah seorang muridnya.
[3] Tas.hilu an-Nazhr wa Ta’jilu azh-Zhufr fi Akhlaqi al-Malik, hal. 13, bersumber dari salah seorang Ahli Hikmah.
[4] Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, hal. 505, no. 806; merupakan perkataan ‘Atha bin Yasar. Menurut az-Zuhayri (muhaqqiq), isnad­-nya shahih.
[5] Idem, hal. 506, no. 809; diriwayatkan oleh Raja’ bin Haywah. Menurut az-Zuhayri, isnad-nya hasan.
[6] Hilyatul Auliya’, X/95, biografi al-Harits bin Asad al-Muhasibi; bagian dari nasihat panjang beliau.
[7] Al-I’jaz wal Ijaz, hal. 4; merupakan pernyataan ‘Ali bin Abi Thalib.
[8] Syu’abul Iman, XI/50, no. 8153.
[9] Syu’abul Iman, III/302, no. 1713, riwayat dari ‘Amr bin al-Harits.

Inilah perbedaan Generasi Terbaik dengan Generasi Kita saat ini

Inilah perbedaan kondisi Generasi Terbaik dengan Kondisi generasi selanjutnya, bandingkan dengan kondisi kita saat ini ....

Kami telah hidup sekian lama dari usia kami, dan salah seorang dari kami diberi iman sebelum Al-Qur’an. Sebuah surah turun kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia pun mempelajari apa yang halal, haram, perintah, larangan, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan darinya, sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur’an di hari ini. Kemudian, sungguh saya telah melihat beberapa orang di hari ini, dimana salah seorang dari mereka telah diberi Al-Qur’an sebelum iman. Maka, dia pun membaca apa yang ada diantara pembukaannya sampai penutupnya, namun dia tidak tahu-menahu apa yang diperintahkannya, apa yang dilarangnya, dan apa yang harus dia perhatikan darinya. Dia membacanya sebagaimana berjatuhannya kurma jelek ketika pohonnya diguncangkan. (‘Abdullah bin ‘Umar r.a.).


Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5496, dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, ath-Thabrani dan ath-Thahawi. Al-Hakim mengeluarkannya dalam al-Mustadrak, no. 101. Beliau berkata, “Ini hadits shahih ‘ala syarth asy-syaikhaini, setahu saya tidak ada ‘illat di dalamnya, dan mereka berdua tidak mengeluarkannya.” Ad-Dzahabi berkata dalam at-Talkhish, “Sesuai syarth al-Bukhari dan Muslim, dan tidak ada ‘illat padanya.” Ath-Thabrani mengutipnya dalam Mu’jam al-Awsath, dan menurut al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawa’id, no. 755, “Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Awsath, dan para perawinya adalah perawi shahih.” Ath-Thahawi meriwayatkannya dalam Musykil al-Atsar, no. 1253.


Ya Rasulullah ... Kini Islam benar-benar ASING (1)

Melihat kehidupan umat islam saat ini, kita diingatkan pesan Rasulullah saw yang berbunyi,  Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.”. Adakah islam sudah menjadi asing saat ini?

Mari kita renungi  beberapa aspek dalam kehidupan ini:
1. Aspek ekonomi 
Umat islam indonesia yang mayoritas di Indonesia, dalam bidang ekonomi, adakah kita menggunakan konsep islam? Adakah pasar-pasar kita berprinsip seperti pasar-pasar yang digagas Rasulullah? Konsep apakah yang kita pakai? Yap, konsep yahudi, konsep ribawi. Sistem keuangan (perbankan) yang kita gunakan menggunakan sistem ribawi. Sistem keuangan kita adalah sistem ribawi. Inilah sistem yang digunakan saat zaman Jahiliyah, sebelum Rasulullah diutus. Bagaimana dengan konsep islam? Kenalkah kita dengan sistem islam? tahukah kita dengan konsep islam dalam segi ekonomi? TIDAK. Kita tidak mengenalnya, apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Bahkan kita asing dengan konsep itu, bahkan sebagian kita bertanya, memang ada konsep islam dalam bidang perbankan? 

Semoga para ahli agama (yang jumlahnya semakin sedikit,karena inilah zaman diangkatnya ulama) yang memahami konsep islam mampu mengembalikan konsepnya pada konsep ekonomi  islam .... 

Ayah, dimana engkau?

Ayah, dimana engkau ...
Mengapa engkau titipkan anak-anakmu kepada kakek nenekmu
Ayah, dimana engkau ...
Mengapa engkau tinggalkan anakmu bersama pembantumu
Ayah, dimana engkau ...
Mengapa engkau berburu dunia dengan 'menyingkirkan' anakmu
Ayah, dimana engkau ...
Mengapa kau abaikan pendidikan anak-anakmu
Ayah, dimana engkau ...
Mengapa kau hanya berkonsentrasi mengejar kariermu
Ayah, dimana engkau ...
Mengapa kau acuhkan amanah-Nya
Ayah, dimana engkau ...
Mengapa kau lalaikan buah hatimu ...

Edisi bersedih menyaksikan para Ayah hanya mengejar dunia, melupakan anaknya, menitipkan anaknya dan 'menyingkirkan' anaknya dari kesibukannya

Sabtu, 21 Februari 2015

Ayah, jawablah pertanyaan ini?

Ini adalah pertanyaan dari seorang mujahid penghafal Al-Quran, Seorang hafidzul qur`an yang lebih dari 15 tahun mengkhatamkan Al Qur`an minimal dalam satu bulan tiga kali. Seorang abid yang hampir setiap sepertiga malam terakhirnya, bangun lalu membaca al Qur`an di dalam shalat-shalat malamnya. Setidaknya, rata-rata, ia menghabiskan 25 sampai 30 menit setiap dua rakaat shalat malamnya.

“Berapa penggalan waktu yang biasa Anda gunakan untuk membaca koran, melihat berita di TV, membincangkan masalah politik, liqaa-aat tarbawiyah (pertemuan kader)? Bandingkan dengan berapa penggalan waktu yang biasa Anda gunakan untuk membaca Al Qur`an dan qiyamul lail?” 

“Kalau Anda mendapati adanya ketidakseimbangan dalam pengaturan waktu dan aktifitas tersebut, ketahuilah bahwa itu merupakan pintu-pintu kegagalan kita di semua bidang. Bukan hanya dalam dakwah, tapi dalam politik, ekonomi, dan seluruh kehidupan kita.”

Mengantar Anak Menuju Aqil Baligh .... bersama K-PAB

Pengajian Anak Generasi Islam (PAGI) bersama Komunitasi  Pendidikan Aqil Baligh
( PAGI PKAB)

PUNCAK kejayaan peradaban Islam  adalah ketika Rasulullah memimpin Islam di kota Madinah. Salah satu indikatornya adalah kesiapan para pemuda untuk mengambil tanggungjawab dalam membangun umat demi kejayaan Islam.

Kesiapan para pemuda ini untuk mengisi perannya di semua lini adalah karena keberhasilan mendidik menuju aqil baligh mereka. Tersebutlah sahabat-sahabat yang menjadi ujung tombak dalam pergerakan dakwah pada masa itu, seperti: Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, Anas bin Malik, Zubair bin Awwam, dan masih banyak sahabat muda lainnya.

Apa yang kita dapat lihat di zaman sekarang ini adalah bukti kelemahan para orangtua untuk mengantarkan anak-anak menuju aqil balighnya. Peran-peran yang ditawarkan oleh peradaban saat ini telah membutakan generasi kepada tujuan sebenarnya; yang berorientasi pada materi semata.

Manusia diukur dalam takaran harta. Siapa yang banyak hartanya maka ialah yang sukses, tanpa peduli apakah kehidupannya memberi manfaat bagi umat karena benarnya syari’ah yang dijalani. Andil para orangtua adalah memberikan toleransi yang besar terhadap tawaran ini.

Secara syariah ketika seorang anak mencapai aqil baligh, maka berlakulah sinnu taklif; yaitu masa-masa pembebanan syariah. Artinya, anak kita yang mencapai aqil baligh maka kewajiban syariahnya akan setara dengan kedua orangtuanya.

Baligh atau kedewasaan fisik biologis mesti sejalan dengan aqil atau kedewasaan psikologis, sosial, maupun syariah. Ketika itu, anak-anak kita akan setara kewajibannya dengan kedua orangtuanya dalam shalat, puasa, zakat, haji, jihad, nafkah dan kewajiban sosial lainnya. Mereka telah menjadi manusia dewasa, yang memikul semua beban kewajiban seorang manusia dewasa.

Lalu pertanyaanya, apakah anak-anak kita telah siap dengan kepahaman akan hukum-hukum ini sebelum mereka mencapai aqil baligh?. Kelemahan ilmu yang kita miliki adalah salah satu alasan, tapi bukan tidak ada solusi.

Yang pertama harus kita jadikan titik start dalam mengantarkannya adalah paham makna aqil baligh, lalu merencanakan bagaimana mereka diantarkan. Kemudian melepas mereka dengan percaya dan yakin akan melalui tahapan usia dewasanya dengan langkah yang benar.

Akan terjadi percepatan yang luar biasa dalam membangun peradaban ini, jika masalah ini tuntas dalam sebuah keluarga. Kemudian membangun jamaah dengan kepastian bahwa dari keluarga-keluarga ada jaminan kesiapan para pemuda mengemban misi peradaban.

Mendidik menjelang usia baligh berarti mendidik di usia tamyiz (7-12 tahun), usia ini adalah usia SD dan pra tamyiz (usia 0-6 tahun) usia PAUD.

Pada ujung tahapan tamyiz, anak-anak sudah harus dapat mulai terlatih menjalankan syari’at berdasarkan hukumnya. Misalnya hukum menutup aurat, pergaulan, thoharah, dan adab adab, termasuk kecenderungannya untuk mengambil bagian dari kerja-kerja sosial atau amal-amal jama’i. Sehingga ketika masuk usia balighnya hal hal tersebut sudah menjadi karakter dari mereka.

Bisa dibayangkan bahwa jika hal ini telah menjadi karakter maka betapa mudahnya mengatur mereka dan memberikan amanah yang besar dalam tanggungjawab keumatan.

Tahapan tamyiz mudah untuk dilakukan jika usia pra tamyiz, anak-anak juga sudah disiapkan menuju usia tamyiznya. Golden age, begitulah istilah yang diberikan pada usia pra tamyiz. Perkenalan dengan syariat dimulai di usia ini berupa adanya teladan atau uswah yang dicontohkan oleh orangtua atau para pendamping mereka seperti pengasuh, guru, teman, nenek atau lingkungan sosial lainnya dimana ia berada.

Alangkah indahnya jika dari lisan mereka kita sudah mendengar kalimat-kalimat thayyibah meluncur dengan lugas, tak ada kumpulan nama-nama binatang atau sumpah serapah lainnya. Apalagi jika mereka sudah dapat mengucapkan “Kata Allah, kita harus saling tolong-menolong” atau “Kata Rasulullah, makanlah dengan menggunakan tangan kananmu”. Sungguh, yang akan kita saksikan adalah anak- anak akan menjadi agen-agen penegakan syari’at.

Para guru PAUD dan SD juga menjadi penentu bagi kesiapan anak untuk menuju usia aqil baligh. Kompetensi ilmu para guru, harus terus dikuatkan terutama internalisasi terhadap nilai-nilai Islam kepada anak. Internalisasi akan menjadi sinkron apabila apa yang disampaikan bukan karena hanya misi menuntaskan materi pengajaran saja, tetapi lebih karena apa yang diajarkan sudah menjadi karakter guru yang bersangkutan.

Oleh karena itu, salah satu hal yang prinsip adalah memilihkan anak-anak kita tempat untuk tumbuh kembang yang aman, kukuh, terjamin, dan terkondisi baik (safe) dalam aqil dan balighnya, termasuk memilihkan sekolah yang tepat baginya.

Tugas ini boleh jadi “susah tapi bisa” bukan “bisa tapi susah”. Mari kita menguatkan niat dan membuat harapan ini menjadi kenyataan yang menyenangkan dengan penuh kesyukuran, yang akan kita dapatkan di yaumil haq nanti. Seperti digambarkan pada hadits Nabi SAW dinukil dari kitab Nuzhah al-Majalis wa Muntakhib an-Nafais ash-Shufuri dikeluarkan oleh Abu Na’im dari jalan ath-Thabrani, berikut :

Dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Pada hari kiamat kelak diserulah anak-anak kaum Muslim, ‘Keluarlah kalian dari kubur kalian’.  Merekapun keluar dari kuburnya.  Lalu, mereka diseru, ‘Masuklah ke dalam syurga bersama-sama’. Seraya mereka berkata: ‘Duhai, Tuhan kami, apakah orang tua kami turut bersama kami?’. Hingga pertanyaan keempat kalinya menjawablah Dia, ‘Kedua orang tua kalian bersama kalian’.

(Lalu) berloncatanlah setiap anak menuju ayah ibunya, memeluk dan menggandeng mereka, mereka memasukkan orang tuanya kedalam sorga. Mereka lebih mengenal ayah dan ibu mereka pada hari itu melebihi pengenalan kalian terhadap anak-anak kalian di rumah kalian.”.

________
AMALIA HUSNAH BAHAR

Jumat, 20 Februari 2015

Fokuslahlah memikirkan yang diperintahkan Allah kepadamu

Janganlah menyibukkan dengan rizki yang sudah dijamin untukmu ... Ibnul Qayyim

Rabu, 18 Februari 2015

Dimanakah kamu?



Hati manusia memang kecil,
Tapi Kesombongan manusia mengerikan,
Padahal ...
Dimanakah kamu, dibandingkan alam semesta ini?

Kisah Menakjubkan : Salat Malam Istri Rasulullah saw

Inilah cerita Umar ra ...
Suatu malam Umar ra memiliki urusan umat malam hari
Ia berjalan melalui jalan di dekat rumah Rasulullah
Umar tanpa sengaja mendengarkan Istri Rasulullah sedang salat malam
Aisyah sedang membaca sebuah ayat sambil menangis
Umar pun melanjutkan perjalanan
Umar membereskan urusan umat beberapa saat
kemudian.
Setelah selesai, Umar kembali ke rumah dengan melalui jalan yang sama
Di dekat rumah Rasulullah, Umar masih mendengar Aisyah salat malam
Ayat yang dibaca masih sama
Cara menangisnya pun masih sama

Kisah Menakjubkan Robert Davilla - Story of Robert Davilla

Silahkan Klik Kisah Menakjubkannya : The Story of Robert Davilla


Selasa, 17 Februari 2015

Ayah adalah pintu surga paling tengah

Ayah,
Betapa mulianya dirimu,
Engkau adalah pintu surga paling tengah
Engkau adalah pintu surga untuk anak-anakmu
Engkau adalah pembawa surga anak-anakmu
Ayah,
Pantaskan dirimu
Bekali dengan ilmu
Agar engkau menjadi pintu surga untuk anakmu
Ayah,
Jadilah pintu surga untuk anak-anakmu
Jadilah ....

Ayah,
inilah sabda Rasulullah saw :
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dalam Kitab Shaheh-nya:
Nabi Muhammad saw bersabda: "Seorang ayah adalah pintu surga paling tengah"

Belajar Menjadi Ayah

Belajar Menjadi Ayah

Di pundak ayah, amanah besar dari Allah tertanam
Amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak
Ayah, siapkah engkau dengan pertanyaan Allah kelak?

Ayah, menjadi pemimpin sebuah komunitas kecil bernama rumah
Pembangun generasi islam adalah misinya
Siapkah pundakmu wahai ayah ...

Belajar Menjadi Ayah saat menjadi Ayah ... Ya Allah tolonglah kami

Perhatikan Ibu Para Ulama Kita ... Konsep Islam tentang Ibu


Para ibu yang melahirkan ulama-ulama
Tak terkenal kecuali hasil asuhannya
Tak dikenal kecuali hasil didikannya
Karena itulah Jihadnya
Karena itulah Fitrahnya

Begitulah Fatimah, putri Rasulullah
Tak dikenal karyanya kecuali Hasan Husein Sang Pemimpin Pemuda Surga
Begitulah Ibunya Imam Syafi'i
Tak dikenal karyanya kecuali Keshalihan Imam Syafi'i

Itulah Ibu Peradaban Islam
Ibu pulanglah ....
Dimana engkau ibu ....?

Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik (Pepatah Arab)

Saat Konsep Islam Kembali Menjadi Asing

Adakah konsep islam yang sepenuhnya diaplikasikan dalam kehidupan saat ini?
Adakah konsep islam mewarnai kehidupan umat islam saat ini?
Konsep apa yang kita gunakan saat ini?
Dikemanakah konsep Al-Quran yang selama ini kami agung-agungkan?
Dimanakah konsep Al-Quran yang kami imani saat ini?

Ya Allah maafkan kami ...
Betapa merindunya kami dengan kehadiran Rasulullah yang menerapkan konsep islam untuk kami,
Betapa rindunya kami denganmu Ya Rasulullah

Rodhitubillahi robba
Wa bil islami dina
Wabi muhammadin nabiyya wa rosula

Senin, 16 Februari 2015

Siapa yang mendapatkan Karunia Yang Besar dari Allah?

Dalam surat Al-Jumu'ah ayat 4 Allah swt berfirman, "Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar."
Apa karunia besar itu? Siapakah yang akan mendapatkan karunia yang besar? 

Untuk menjawab dua pertanyaan diatas, maka kita bisa menggali dari ayat-ayat lain di surat Al-Jumu'ah.
Pertanyaan pertama : Apa karunia besar itu?
Ternyata dalam ayat 2, Allah menjelaskan bahwa karunia besar adalah orang yang mendapatkan cahaya Al-Quran dan As-Sunah. Karunia besarnya adalah petunjuk Allah dan Rasul dalam kehidupan ini.
Pertanyaan kedua : Siapakah yang akan mendapatkan karunia yang besar? 
Orang yang akan memiliki karunia yang besar adalah orang-orang yang mengamalkan cahaya Al-Quran dan As-Sunah. Orang-orang ini menjalankan petunjuk-Nya dengan tidak tergoda dengan kehidupan dunia yang melalaikan ini.

Agar Shiroh Nabawiyah Bekerja Untuk Umat Ini (2)



Poin kedua agar Shiroh bekerja adalah
2. Pelajarilah gambar utuhnya, jangan potongan-potongan kecil. Kebiasaaan kita mempelajari sejarah selama ini bagaikan puzzle-puzzle yang tidak tahu gambaran utuhnya. Untuk itulah kita umat islam perlu mempelajari Shiroh Nabawiyah dengan utuh menyeluruh dan berurutan. Sehingga diperlukan kurikulum shiroh untuk dipelajari anak-anak kita.

Ini bagian Pertamanya : http://celoteh-yanda.blogspot.in/2015/02/agar-shiroh-nabawiyah-bekerja-untuk.html

Bersambung

Minggu, 15 Februari 2015

Agar Shiroh Nabawiyah Bekerja Untuk Umat Saat Ini (1)



Sejarah Nabi (Shiroh Nabawiyah) adalah salah satu ilmu yang ditinggalkan. Tak ada kurikulum sejarah Nabi Muhammad saw. Tak ada perhatian yang serius tentang materi ini. 
1. Shiroh Nabi Muhammad adalah aplikasi  Al-Quran dan As-Sunah.
Al-Quran tidak terbaca (tidak dipahami) dengan baik,jika tidak membaca Shiroh Nabi Muhammad SAW. Memahami Shiroh Nabawiyah tidak terpisah dengan belajar Al-Quran dan As-Sunah.
Shiroh Nabawiyah berdasarkan Al-Quran ... 

Bersambung 



Inilah Generasi Sahabat Sang Pengubur Peradaban Jahiliyah (Persia-Romawi)

Sewaktu salat Nabi Muhammad saw diberitahu Jibril bahwa salah satu sandalnya ada yang najis, maka Rasulullah melepas sepatunya dan menaruhnya di sebelah beliau. Nabi pun melanjutkan salatnya. Sesudah salam Nabi terkejut karena di sebelah para sahabatnya yang pada waktu itu menjadi makmum menumpuk sandal. Nabi pun heran danb bertanya kepada para sahabatnya, "Wahai sahabatku, kenapa dengan sandal kalian?" Maka salah satu seorang sahabat menjawab, "Ya Rasulullah, saat engkau salat dan melepaskan sandalmu, maka kami pun mengikutimu ..."
Begitulah sahabat sang penaklukan Konstantinopel dan Romawi ...

Mungkin saat peradaban zaman yahudi saat ini, perbuatan sahabat tadi dianggap asing, aneh. Keumuman kita akan merasa keheranan. Taklid buta, doktrinisasi itu mungkin sebagian pendapat kita. Tapi begitulah generasi islam saat peradaban islam masih berjaya

Sabtu, 14 Februari 2015

Penyerahan Anak akan 'Taklif' Saat Aqil Baligh

Mengikuti perkembangan Pendidikan Aqil Baligh membuatku iri dengan negara tetangga kita, Malaysia. Sepertinya, malaysia sudah lebih dahulu menerapkan kebiasaan para ulama zaman sahulu. Walaupun di beberapa daerah melayu, kebiasaan ini sebenarnya masih ada dalam tradisi budaya daerah mereka.
Aqil Baligh bagi sebagian ulama adalah waktu yang ditunggu-tunggu, karena saat itulah anak mereka mengalami perubahan baik itu perubahan fisik maupun psikologi. Beberapa ulama merayakan kedatangan saat Aqil Baligh bagi anak mereka.
Seperti dalam foto di atas, dimana di sebuah sekolah di malaysia sedang mengadakan semacam upacara peleapasan dan penyerahan 'Taklif" dari orangtua kepada anak yang sudah dan menjelang Aqil Baligh.
Kegiatan  ini memiliki dampak yang sangat baik untuk jiwa anak. Anak merasakan saatnya menjadi dewasa, menjadi lebih tanggung jawab karena pada masa inilah mereka memiliki catatan dosa dan amal mereka.
Dalam foto di atas, dengan dipandu oleh leader, sang ayah membacakan pernyataan penyerahan 'Taklif' kepada anak dengan disertai harapan dan doa. Kemudian sang anak juga membacakan penerimaan 'Taklif' dari orangtua yang diiringi dengan doa dan harapan.
Sungguh nikmat pemandangan di atas. Orangtua memberikan pendampingan kepada anak sampai anak Aqil Baligh, dan anakpun melalui Aqil Baligh dengan perasaan senang karena ada orangtua yang siap menjadi teman dan partner mereka.

Semoga kebiasaan baik ini bisa kita tiru, dan Komunitas Pendidikan Aqil Baligh (K-PAB) ingin menjadi bagian untuk meneruskan kebiasaan hebat ini ...

Ayah, anakmu jadikanlah lebih baik dari dirimu dalam menghafal Al-Quran

Mengajarkan hafalan Al-Quran adalah salah satu kewajiban Allah saat mendidik buah hatinya. Kewajiban ini bisa dilaksanakan dimulai sejak dini. Formalnya dimulai sejak anak usia 5 tahun, permulaannya bisa dimulai sejak lebih dini ...

Jumat, 13 Februari 2015

Konsep Islam tentang MALAM ... Konsep yang mulai kembali menjadi ASING


Jika ingin mengetahui aplikasi Konsep Islam tentang MALAM adalah keseharian Rasulullah. Umat islam wajib meneladani keseharian Rasulullah termasuk aktivitas malam hari.
Konsep Islam tentang MALAM :
1. Tidur sehabis salat Isya' (tidak ada aktivitas malam kecuali urusan umat)
2. Bangun tengah malam melaksanakan salat lail membaca Al-Quran
3. Jika tidak bisa, bangun pada sepertiga malam terakhir
4. Jika terpaksan bangun, bangunlah pada adzan awal, pada 40 ayat sebelum adzan subuh.

Inilah Konsep Islam tentang MALAM .... wahai muslim adakah konsep ini sudah menjadi ASING bagi kita?

Konsep Islam tentang Malam (1) ... Konsep yang hilang




Konsep Islam tentang Malam
Malam adalah pakaian dan tidur untuk sementar. Malam sebagai pakaian bermakna malam adalah penutup aib dan penutup keburukan. Malam sebagai waktu tidur untuk mengistirahatkan badan sekaligus jiwa. Kelelahan sebagai bagian dari sunah manusia. Untuk memulihkannya dibutuhkan malam sebagai tidur dan istirahat.

Saat zaman peradaban milik yahudi sekarang, malam menjadi bagian dari aktifitas manusia. Malam menjadi satu bagian untuk mencari hiburan dan aktifitas dunia lainnya. Televisi dan hiburan telah menyihir kaum muslimin untuk terus mengadakan aktivitas malam. Akibatnya adalah semakin menjauhnya umat islam dari aktivitas melakukan salat malam dan salat subuh berjamaah. Sebuah strategi peradaban yahudi untuk mengubur konsep islam ...

Bersambung ...



Saat Ayah Dijauhkan Dari Pendidikan Anaknya

Rupanya musuh-musuh islam (Peradaban Yahudi) telah berhasil menjauhkan (memisahkan) ayah dengan ilmu pengasuhan ... akibatnya generasi islam  menghilang kegemilangannya.
Tengoklah fenomena dibawah ini ...
Ayah fokus mencari nafkah siang malam
Ayah tak menghadiri undangan sekolah-sekolah
Ayah tak memahami perkembangan sang anak
Ayah hanya menanyakan PR dan Tugas
Ayah mewakilkan pendidikan anak kepada sekolah
Ayah menyerahkan pendidikan kepada ibu
Ayah tak pernah ketemu dengan anak
Ayah ada secara fisik, tapi tiada secara psikologi
Ayah, tak mengetahui cara mendidik anak secara islami
Ayah, tak dibekali ilmu pengasuhan saat akan memasuki jenjang pernikahan
Calon Ayah, hanya mengandalkan cinta saat akan menikah

#masihbelajarmenjadiayah
Belajar Menjadi Ayah @yandanur1

Tadabbur Al-Quran


Buku Tadabbur Al-Quran karya Bachtiar Nasir

Kamis, 12 Februari 2015

Inilah Konsep Pendidikan Saat Peradaban Islam


Secara keseluruhan, surat Al-Jumu'ah berbicara tentang bagaimana Allah memberikan panduan kepada Nabi Muhammad bagaimana cara mendidik umatnya. Inti metode pendidikan itu terdapat pada ayat 2 yang  berbunyi, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,"
Urutan metode pendidikan Rasulullah adalah
1. Membacakan Ayat-Nya (Al-Quran)
2. Mensucikan jiwa
3. Mengajarkan Kitab (AL-Quran)
4. Hikmah (Sunah)

Dalam surat Al-Jumu'ah ini Allah menngambarkan (menjelaskan) masing-masing urutan metode tadi dalam ayat-ayat lainnya.

Sebuah pembelajaran yang menakjubkan ... sayang konsep ini kini kembali asing

Bismillah ... Ngaji Yuk bersama K-PAB akan segera dimulai

Ini adalah sebuah persembahan Komunitas Pendidikan Aqil Baligh untuk anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). "Ngaji yuk .... "adalah sebuah pembinaan yang akan segera dilaksanakan khususnya di lingkungan cimahi dan sekitarnya.

Bismillah ...

Hadiah, bagi Umar bin Abdul Aziz

Hadiah, bagi Umar bin Abdul Aziz

Rabu, 11 Februari 2015

Jangan sedih, jangan gundah, jangan takut, ada Allah di dekat kita

Allah bersama kita di mana saja kita berada .... jangan sedih, jangan gundah dan jangan takut ...

Masa Kecil Ibnul Jauzi, Dalam Asuhan Peradaban Islam


Masa Kecil Ibnul Jauzi, Dalam Asuhan Peradaban Islam .... 

Gali dan tampilkan kembali Peradaban Islam dengan menggunakan Konsep Islam bukan meniru konsep yahudi yang tersebar di dunia saat ini

Masa Kecilnya Imam Nawawi, Sebuah Potret Asuhan Peradaban Islam


Sebuah pendidikan dari Konsep Islam saat Peradaban Islam masih berjalan ... Sebuah keberkahan ilmu, walau usia beliau hanya sampai 45 tahun tapi karyanya sepanjang masa .... sebuah keberkahan umur yang luar biasa asuhan Peradaban Islam

Khusus Untuk Para Ayah (Suami)

Ini adalah makna Qawwam dalam surat An-Nisa' : 34 tentang kedudukan suami (Ayah) dalam sebuah keluarga.  Tulisan Khusus Untuk Para Ayah (Suami)

Selasa, 10 Februari 2015

Sekolahnya Rasulullah : KUTTAB



KUTTAB adalah sekolah yang dirintis oleh Rasulullah yang diperuntukan untuk mendidik anak-anak. Fokus utama pendidikan di KUTTAB adalah Al-Quran.  

Satu Per Satu Berguguran, Kemana Para Pemuda?

Menikmati jamuan Allah dalam salat memang kenikmatan yang luar biasa. Apalagi salat itu dilaksanakan dalam rumah-Nya (masjid). Dan spesial lagi saat salat subuh. Sebuah nikmat yang tiada tandingannya. Berjamaah bersama jamaah pada sebuah masjid, membuatku mengenal mereka dengan lebih dibanding biasanya. Namun kini, satu per satu para jamaah sudah mengundurkan diri. Lemah, tubuhnya yang mulai lemah memasuki usia senja. Yang dulunya tubuhnya kekar-kekar, kini mulai membungkut, melambat dan mendesah nafasnya. Nampaknya kaum pemuda masih jarang, bisa dihitung jari. Kemana para pemuda islam? Kemana mereka di saat masjid memanggil mereka?

Nampaknya generasi islam gemilang nampaknya masih jauh dari harapan kini. Salah satu indikatornya, lihatlah shaf salat dalam masjid-masjid sekitar kita. Masih kosong dan nampak dipenuhi orangtua tua yang mulai senja.

Ya Allah tolonglah umat ini dengan generasi yang lebih baik dari kami ...

Konsep Islam Yang Kini Asing : Adab Dalam Menuntut Ilmu


Dalam konsep islam, ilmu tentang adab guru dan murid adalah bagian dari kurikulum utama (core-curriculum) pendidikan. Artinya, adab adalah pelajaran pertama yang pasti diberikan jauh sebelum seluruh proses pendidikan itu sendiri berlangsung. Secara sederhana dapat diringkas bahwa arah utama pendidikan adab adalah mempelajari bagaimana caranya belajar (learning how to learn). Ada banyak kitab yang dikarang untuk tujuan ini, seperti Ta'limu al-Muta'allim karya az-Zarnuji, Bidayatu al-Hidayah karya al-Ghazali, Adabu al-Imla' wal Istimla' karya as-Sam'ani, dan al-Jami' li Akhlaqi ar-Raawi wa Adabi as-Saami' karya al-Khathib al-Baghdadi. 

Senin, 09 Februari 2015

Konsep Islam Yang Kini Kembali Asing : Konsep Guru


Konsep Islam tentang Guru
Dalam konsep islam, guru senantiasa diidentikkan dengan seorang 'alim (ulama'). Kedudukan seorang guru adalah kedudukan seorang ulama' dalam arti sesungguhnya, termasuk kedudukan sebagai pewaris para Nabi.

Konsep Visi ini demikian jelas di masa silam, yang melahirkan penghargaan dan prestise sangat tinggi di mata umat. Seorang 'alim, di masa lalu, adalah bagian dari matarantai tak terputus yang menyambungkan umat dengan Nabinya, dan itu berarti pula satu-satunya sanad yang terpercaya untuk mengenal Allah dalam kehidupan ini. Tentu saja, selain memiliki bekal otoritas ilmiah, maka secara moral mereka adalah orang-orang yang kredibel dan patut diteladani.

Dengan demikian, adalah layak jika menjadi seorang 'alim merupakan cita-cita tertinggi para pemuda muslim. Kehidupan yang berkiblat kepada para 'alim pun merupakan cerminan masyarakat ideal, sebagaimana zaman para sahabat yang berkiblat kepada Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa aalihi wasallam. Sebab, mereka adalah pewaris para Nabi, sementara di dunia ini tidak ada manusia yang lebih mulia dibanding mereka. Cita-cita spiritual yang luhur inilah yang menyemangati ribuan pencari hadits dan penuntut ilmu untuk mengembara ke berbagai pelosok wilayah kekhilafahan dan menemui para guru terbaik yang ada di setiap kota. Dengan sendirinya, kehidupan modern kita yang berkiblat kepada para politikus, pemilik modal dan selebritis adalah praktik-praktik yang samasekali tidak Islami. Di masa lalu, ketika kesadaran spiritual umat masih terawat dengan cukup baik, kelompok terakhir ini cenderung dipandang rendah dan hanya akan dihargai jika terdapat kualitas ulama' dalam diri mereka, seperti para Khulafa' Rasyidun. Lain itu tidak.
Dengan kata lain, pilihan terhadap ikon kehidupan tersebut mencerminkan filosofi yang mendominasi pemikiran umat pada suatu zaman. Ketika mereka berkiblat dengan sukarela kepada para pewaris Nabi, wahyu dan ilmu, maka visi mereka jelas terfokus ke akhirat. Apapun yang mereka perbuat selalu diukur dengan visi ukhrawi ini, yakni apakah semua itu akan mendatangkan keridhaan Allah atau justru memancing kemurkaan-Nya? Ketika ikon mereka berubah, dimana umat berkiblat kepada politikus, pemilik modal dan selebritis seperti di zaman kita sekarang, sesungguhnya dengan jelas telah terlihat kemana mereka menuju. Umat seperti ini adalah pengagum dunia dan biasanya bersedia untuk mengorbankan serta memperalat apa saja demi dunia, tidak terkecuali wahyu dan ilmu.
Tradisi yang sampai kepada kita menceritakan bagaimana – di suatu masa –kedudukan seorang 'alim begitu dihargai. Khazanah klasik kita merekam berbagai ungkapan dan kisah nyata yang sangat mengharukan seputar masalah ini. Dan, tentu saja untuk mampu meraih maqam spiritual yang sangat terhormat itu tidak bisa main-main. Seorang guru dan pelajar harus menerapkan serangkaian adab yang ditujukan untuk memastikan bahwa perjalanan mereka tidak melenceng sejak awal sampai akhir. Termasuk dalam hal ini adalah memahami masalah hierarki ilmu, sumber maupun otoritas yang membawakannya. Tidak mengherankan jika cukup banyak kitab yang ditulis seputar masalah ini. Sebab, bila kenabian (nubuwwah) dan wahyu adalah anugrah ilahiyah yang ditentukan pemberiannya oleh Allah bagi mereka yang layak menyandangnya, demikian pula martabat pewaris para Nabi (waratsatu al-anbiya') dan cahaya ilmu hanya akan dikaruniakan bagi mereka yang layak untuk itu. Kitab-kitab adab menjelaskan dengan rinci ciri-ciri kalangan ini, beserta adab-adab yang mesti dijaga agar seorag guru dan murid bisa termasuk golongan mereka.
Sayangnya, kini visi semacam itu semakin memudar dan diganti dengan atribut seorang guru dalam budaya sekuler-materialis yang menempatkannya tidak lebih sebagai tenaga kerja terdidik. Atribut ini, yang sebenarnya mencerminkan pandangan yang lebih gawat tentang hakikat guru dan fungsi mereka dalam kehidupan, cenderung simplistik dan melecehkan guru sekedar sebagai sebuah profesi, mungkin tidak ada bedanya dengan sopir atau tukang sapu, bukan sebagai panggilan hidup. Pandangan ini tentu saja berimplikasi pada proses penyiapan tenaga guru itu sendiri yang serampangan dan terkesan tidak seserius penyiapan tenaga dokter, misalnya. Padahal, dokter adalah tenaga yang difungsikan untuk memenuhi sektor fardhu kifayah, sementara para guru adalah tenaga di lapangan fardhu 'ain, yakni dalam upaya memperkenalkan umat kepada Allah dan merawat moralitas maupun spirit mereka dari tipuan duniawi.
Dapat dicatat pula bahwa di masa silam, menjadi seorang 'alim adalah bagian dari cita-cita religius, yang dengannya seseorang menempuh jalan pengabdian ('ubudiyah) kepada Allah, dan darinya diharapkan ridha serta rahmat-Nya. Karenanya pula, tidak layak adanya harapan material dengan pilihan ini, sebagaimana umumnya setiap ibadah yang tidak boleh diminta upah duniawi daripadanya. Hanya Allah yang akan membalas seluruh kesungguhan dan kerja keras tersebut. Dan, tentu saja, kewajiban untuk menerapkan adab menjadi sangat penting, dimana kitab yang terjemahannya Anda baca sekarang ditulis dalam rangka itu. Sebab dalam pandangan Islam, tidak ada ilmu yang bisa ditanamkan jika adab-adab telah diabaikan. Adab, dalam konteks ini, bukan hanya mencakup etika profesional yang sempit, namun lebih jauh menyangkut disiplin spiritual yang dengannya seseorang mengenal tempat dan posisi setiap perkara, lalu memilih sikap dan tindakan yang paling tepat terhadapnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah serangkaian proses untuk mengenal dan melatih diri dalam disiplin spiritual semacam ini.
Semangat itulah yang mengalir kuat dalam kitab ini, yang menggemakan nilai-nilai Islam dalam menempatkan guru berikut peran dan fungsinya di tengah-tengah umat, juga membimbing para pelajar untuk bersikap semestinya kepada para guru, ilmu, diri mereka sendiri, teman sesama pelajar maupun buku sebagai salah satu sarana belajar. Kami mengajak pembaca untuk kembali mengenali hal itu, di tengah-tengah gelombang materialisme-sekulerisme yang kian tak terbendung. Mungkin, sebagian dari isi kitab ini terasa asing dan berlebihan bagi para guru dan pembaca modern. Namun, hal itu bukan karena ia mengada-ada, namun dikarenakan kultur kita sendiri – sebagai umat Islam – yang sudah terlalu jauh dari warna aslinya. Sebagian saran maupun alasan yang mendasari suatu penerapan adab kadang juga tidak valid lagi menurut penilaian mutakhir, sebagaimana akan Anda saksikan nanti. Namun, pesan aslinya tetap benar, tinggal kejelian kita untuk memahami bentuk penerapannya yang paling tepat di zaman sekarang.
Dalam kacamata tradisional, ilmu tentang adab guru dan murid adalah bagian dari kurikulum utama (core-curriculum) pendidikan. Artinya, adab adalah pelajaran pertama yang pasti diberikan jauh sebelum seluruh proses pendidikan itu sendiri berlangsung. Secara sederhana dapat diringkas bahwa arah utama pendidikan adab adalah mempelajari bagaimana caranya belajar (learning how to learn). Ada banyak kitab yang dikarang untuk tujuan ini, seperti Ta'limu al-Muta'allim karya az-Zarnuji, Bidayatu al-Hidayah karya al-Ghazali, Adabu al-Imla' wal Istimla' karya as-Sam'ani, dan al-Jami' li Akhlaqi ar-Raawi wa Adabi as-Saami' karya al-Khathib al-Baghdadi. Khusus untuk kitab terakhir ini isinya banyak dirujuk dalam buku yang kita terjemahkan.
Pada saat bersamaan, baik guru maupun murid sepenuhnya sadar bahwa keberhasilan maupun kegagalan pendidikan sangat tergantung pada tahap ini. Dengan kata lain, banyak lembaga pendidikan maupun pelajar yang gagal merealisasikan visi-misinya serta memperoleh manfaat pendidikan dikarenakan gagal melampaui proses pertama ini.
Dalam kurikulum pendidikan Islam tradisional, dimana muatannya secara umum dibagi menjadi ilmu fardhu 'ain dan fardhu kifayah, maka mengenal adab adalah bagian dari ilmu fardhu 'ain yang bersifat dinamis dan berkembang selaras dengan tuntutan situasi. Tepatnya, karena kita adalah guru dan juga para murid, maka sudah selayaknya untuk mengetahui bagaimana bimbingan yang benar dalam menjalani 'profesi' dan status tersebut. Ciri dinamis dari ilmu fardhu 'ain ini senantiasa terkait dengan apa yang disebut al-haal dan al-maqaam, yakni kondisi riil dan tingkat-tingkat spiritual yang dilalui seseorang sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah bagian dari perjalanan pematangan spiritualitas manusia dalam menjalani fungsi dan perannya di muka bumi.

Kitab Terjemah "Adabul 'Ulama' wal Muta'allimin" karya As-Sumhudi & Maulana Alamul Hajar al-Yamani
adabuna.blogspot.com

Minggu, 08 Februari 2015

Konsep Islam Menjadi Asing Karena Telah Lama Ditinggalkan

Sebuah pembahasan yang menakjubkan dari 'ramalan' wahyu yang disampaikan Rasulullah saw. Adakah kesamaan keterasingan islam pada zaman dulu dengan keterasingan islam pada zaman sekarang?Ataukah saat ini islam masih belum terasing? Masih digunakannya konsep islam dalam kehidupan umat islam?
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
Keterasingan Islam
Saat islam baru datang, semua tidak mengenal konsep islam. Sebuah cara pandang yang sangat berbeda dengan pandangan keumuman yang ada. Konsep berbeda  yang tidak bisa langsung diterima manusia, kecuali ada keimanan. 
Keterasingan zaman sekarang? Adakah konsep islam bisa diterima langsung oleh kaum muslimin? Adakah konsep islam memiliki perbedaan dengan konsep keumuman yang ada pada masyarakat?
Wallahau a'lam ... semoga terasing atau tidak, kita tetap berpegang teguh dalam ajaran-Nya

Ngaji Yuk Bersama Komunitas Pendidikan Aqil Baligh

Ngaji Yuk Bersama Komunitas Pendidikan Aqil Baligh .....

Sabtu, 07 Februari 2015

Belajar Menjadi Ayah ... Sebuah Dilema

Ada ribuan sekolah untuk belajar menjadi manusia, tapi tidak ada sekolah untuk menjadi Ayah.
Ada ribuan buku tentang berbagai tips-tips, tapi sedikit buku yang berbagi tips menjadi Ayah.
Belajar Menjadi Ayah, sepertinya harus dilakukan dengan sendiri
Membaca buku sendiri dan mendengarkan ceramah sendiri.
Tidak ada lembaga yang mengkhususkan mengajarkan menjadi Ayah.

Negara sepertinya tak memiliki kepentingan apapun untuk mendidik warganya agar menjadi ayah yang baik. Negara nampaknya tidak mempedulikan warganya mau menjadi ayah apa kelak. Negara kayaknya membebaskan warganya untuk memilih model ayah apa?

Kasihan kita, para laki-laki. Tak diajari menjadi laki-laki  

Belajar Menjadi Ayah @yandanur1 follow yuk ...

Komunitas Pendidikan Aqil Baligh (K-PAB)


Komunitas Pendidikan Aqil Baligh (K-PAB) .... Tunggu ya 

Konsep Al-Quran tentang IBU


Konsep Al-Quran tentang IBU adalah 'faqorna fii buyuutikunn" dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.

Jumat, 06 Februari 2015

Bulletin Keluarga MILLADUNKA Edisi 3 bagian 2


Bulletin Keluarga MILLADUNKA Edisi 3 bagian 2 berisi Celoteh Ayah "Sebesar-besar Keaiban" dan Komunitas Pendidikan Aqil Baligh

Peran Istri Umar bin Khattab


Inilah ... istri Umar bin Khattab yang melahirkan generasi islam gemilang. Peran Istri Umar bin Khattab sesuai konsep Al-Quran berada di rumah ...

Rabu, 04 Februari 2015

Bulletin Keluarga Milladunka Edisi Ke-3 bagian 1

Bulletin Keluarga Milladunka Edisi Ke-3 bagian 1 berisi:
1. Konsep Aqil Baligh dalam Islam
2. Mengajarkan anak untuk salat