Buku ini sudah
menemaniku beberapa minggu, rasanya setiap membaca buku ini, ada dahaga yang
terus menerus kutemui. Rasa penasaran dan keingintahuan tentang konsep sekolah
yang digagas “The Best Schools” membuatku ditarik dalam setiap kata yang Thomas
Armstrong jabarkan. Rasa-rasanya buku ini adalah konsep sekolah yang
benar-benar berpihak pada anak, bukan berpihak pada kurikulum, bukan pada
pemilik atau masyarakat pada umumnya. Sebuah konsep sekolah yang telah
dipraktekkan ke dalam sekolah-sekolah unik, yang sayangnya jumlahnya tak
banyak. Inilah buku yang kucari untuk menemaniku dalam mendampingi buah hati
yang sebentar lagi meninggalkan masa anak-anaknya.
Ketertarikanku semakin mendalam
karena konsep yang ada di buku ini memiliki irisan persamaan dengan konsep
pendidikan dalam islam (walau hanya sedikit). Ketika dalam Islam dikatakan
bahwa muara dari pendidikan anak adalah tercapainya Aqil Baligh, di buku
ini diuraikan bahwa SMA adalah gerbang
kedewasaan. Sebuah persamaan yang mau tidak mau aspek-aspek yang terkait di
dalamnya juga memiliki kesamaan. Jikalau konsep The Best Schools dipraktekkan,
akan didapati generasi SMA sudah memiliki kematangan psikologis dan biologis.
Itu juga yang dilakukan jika Pendidikan Aqil Baligh dilaksanakan. Saat anak
sudah Aqil Baligh, anak sudah menjadi manusia dewasa yang siap melakukan tugas-tugasnya
sebagaimana manusia seutuhnya.
Buku ini menjelaskan adanya dua
kubu yang berbeda dalam memandang sekolah sebagai tempat belajar anak. Di satu
sisi ada konsep Wacana Prestasi Akademik (WPA) yang dianut sebagian besar
sekolah-sekolah yang ada. Sebuah konsep yang telah mencabut anak dari dunia
nyatanya. Di sisi lain, ada konsep Wacana Perkembangan Manusia (WPM) yang
sebenarnya adalah konsep memanusiakan anak dan mendekatkan anak pada dunia
nyatanya. Dua konsep ini banyak memiliki perbedaan dan tentunya banyak juga
memiliki dampak pada anak. Di dalam buku yang menjadi cetak biru buku
‘Sekolahnya Manusia’ Munif Chatib ini, dijelaskan 12 dampak dan pengaruh
negatif pelaksanaan sekolah yang menggunakan WPA. Demikian juga dengan
gamblangnya penulis menjabarkan keuntungan dan kelebihan WPM sebagai konsep
yang seharusnya dilaksanakan di sekolah-sekolah.
Secara bertahap, buku ini
menjelaskan bagaimana seharusnya konsep sekolah dilaksanakan mulai dari usia
dini sampai SMA. Dengan konsep WPM yang dipercayainya, Thomas Armstrong
berhasil menemukan benang merah pendidikan mulai dari usia dini sampai SMA. Dan
benang merah itu bukanlah idiom yang sekarang masih dipakai kebanyakan sekolah
dan guru, “Tujuan PAUD / TK adalah menyiapkan anak untuk masuk SD, dan SD
adalah persiapan menuju pendidikan selanjutnya SMP. Selanjutnya SMP adalah
program persiapan menuju pendidikan di SMA.” Inilah idiom berbahaya yang hanya
memandang murid sebagai siswa bukan sebagai manusia bagian dari masyarakat.
Setiap anak dalam periode
perkembangannya memiliki keunikan. Anak SMP memiliki kebutuhan perkembangan
yang sangat berbeda dengan anak SMA, pertanyaannya adalah mengapa model sekolah
SMP dan SMA disamakan? Demikian juga anak TK (PAUD) yang memiliki kebutuhan
perkembangan yang sangat berbeda dengan anak SD, namun, “Mengapa pembelajaran
di TK (PAUD) disamakan dengan SD (dalam
bidang akademik)?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar